Memilih
MOSFET sebagai subsitusi atau persamaan.
Kadang kita
terpaksa mengganti Mosfet dengan tipe lain, karena kesulitan cari tipe yang
sama dengan yang rusak.
Kecuali
karakteristik Arus (Ampere) dan Tegangan (Volt) yang harus diperhatikan…….maka
sebenarnya ada karakteristik lain yang perlu diperhatikan, yaitu RDS(on).
Mosfet yang
umumnya dipekerjakan sebagai “switching” bekerja jadi semacam saklar mekanik
on-off.
Saklar
mekanik yang ideal saat “ON”, tentu saja yg baik adalah jika kontak kedua kaki
saklar mempunyai resistansi “R” nol ohm.
Jika kontak saklar
kurang baik, maka seakan kedua kontaknya ada semacam resistansi (R). Makin
besar resistansi kontak saklar mekanik, maka saklar akan menjadi makin panas.
Bahkan kadang bisa terbakar.
Demikan
halnya dengan MOSFET.
Saat kondisi
“0N” resistansi antara kaki S-D (Source – Drain) idealnya adalah nol.
Tapi dalam
praktek hal ini tdk bisa diketemukan. Antara S-D pasti ada resistansi “R”, yg
istilah tekniknya dinamakan RDS(on).
Mosfet yang
bagus adalah yang RDS(on)
nya kecil. Semakin kecil semakin bagus, karena tidak banyak menimbulkan panas.
RDS(on) Mosfet tegangan tinggi
(misal 600v) cenderung mempunyai nilai yg lebih besar dibanding Mosfet tegangan rendah (misal
200v).
Mengganti
Mosfet untuk BL Inverter, maka sebaiknya tetap menggunakan Mosfet tegangan rendah
(100 atau 200v). Mengganti dengan Mosfet tegangan tinggi bisa mengakibatkan
panas over.
Lihat contoh
dibawah :
- RDS(on) SMK630 hanya 0.4 ohm
- RDS(on) 10N60 adalah 0.75 ohm.
***********